Kapan Seorang Hamba Mengetahui Bahwa Musibah ini Sebagai Ujian atau Siksaan?
Senin, Januari 25, 2021
Dalam beberapa waktu terakhir diawal bulan Januari 2021 ini, Negara kita tercinta Indonesia diuji dengan berbagai musibah bahkan sampai tanggal 23 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 197 Bencana yang terjadi di Indonesia. Yang Paling ingat di kepala kita yakni beberapa bencana seperti Longsor di Sumedang, Jawa Barat pada 9 Januari 2021. Banjir di Kalimantan Selatan, bencana yang melanda sejak 12 Januari. Gempa di Majene, Sulawesi Barat Pada 15 Januari 2021. Erupsi Gunung Semeru pada Sabtu 16 Januari 2021 dan Banjir dan longsor juga melanda Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara pada hari yang sama.
Sebagai Muslim dan seorang hamba Allah kita perlu Mengetahui Kapan Seorang Hamba Bahwa Musibah ini Sebagai Ujian atau Siksaan? Untuk itu simak informasi dibawah ini dan semoga Kita semua tetap dalam lindungan Allah.
بسم الله الرحمن الرحيم
متى يعرف العبد أن هذا الابتلاء امتحان أو عذاب؟
Kapan Seorang Hamba Mengetahui Bahwa Musibah ini Sebagai Ujian atau Siksaan?
س: إذا ابتلي أحد بمرض أو بلاء سيئ في النفس أو المال، فكيف يعرف أن ذلك الابتلاء امتحان أو غضب من عند الله؟
Pertanyaan:
Apabila seorang diberi musibah dengan sakit atau bencana pada diri dan hartanya maka bagaimana ia mengetahui bahwa musibah tersebut sebagai ujian dari Allah atau sebagai kemarahan-Nya?
ج: الله يبتلي عباده بالسراء والضراء وبالشدة والرخاء، وقد يبتليهم بها لرفع درجاتهم وإعلاء ذكرهم ومضاعفة حسناتهم كما يفعل بالأنبياء والرسل -عليهم الصلاة والسلام- والصلحاء من عباد الله، كما قال النبي ﷺ: أشد الناس بلاء الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل
Jawab:
Allah Ta'aala senantiasa mencoba hamba-hambaNya dengan suka dan duka, kesempitan dan kelapangan. Terkadang cobaan tersebut untuk mengangkat derajatnya, meninggikan sebutan untuk dirinya, dan melipat gandakan kebaikannya sebagaimana yang Allah ujikan kepada para Nabi dan Rasul -'alaihimus salaam- serta hamba-hambaNya yang shaleh. Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallama- telah bersabda: "Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi kemudian orang-orang yang derajatnya di bawah mereka. Lalu orang-orang yang derajatnya di bawah mereka.
وتارة يفعل ذلك سبحانه بسبب المعاصي والذنوب، فتكون العقوبة معجلة كما قال سبحانه: وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ [الشورى:30]. فالغالب على الإنسان التقصير وعدم القيام بالواجب، فما أصابه فهو بسبب ذنوبه وتقصيره بأمر الله،
Terkadang Allah menimpakan musibah itu disebabkan maksiat dan dosa-dosa yang dilakukan sang hamba. Maka jadilah musibah tersebut sebagai hukuman yang disegerakan. Sebagaimana Allah katakan dalam firman-Nya: "Musibah yang menimpa kamu karena disebabkan oleh perbuatan kalian sendiri." [ QS. Asy Syuraa ayat 30] Karena pada umumnya manusia berada dalam kelalaian dan tidak menunaikan kewajibannya. Maka musibah yang menimpanya disebabkan oleh dosa-dosa dan kelalaiannya terhadap perintah Allah.
فإذا ابتلي أحد من عباد الله الصالحين بشيء من الأمراض أو نحوها فإن هذا يكون من جنس ابتلاء الأنبياء والرسل رفعًا في الدرجات وتعظيمًا للأجور، وليكون قدوة لغيره في الصبر والاحتساب.
Apabila seorang hamba yang shaleh ditimpa musibah semisal sakit atau lainnya maka musibah ini termasuk jenis musibah yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul untuk mengangkat derajat, memberikan pahala yang besar, dan sebagai teladan bagi orang lain dalam kesabaran dan dalam mengharapkan ganjaran
فالحاصل أنه قد يكون البلاء لرفع الدرجات وإعظام الأجور كما يفعل الله بالأنبياء وبعض الأخيار، وقد يكون لتكفير السيئات كما في قوله تعالى: مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ [النساء:123]
وقول النبي ﷺ: ما أصاب المسلم من هم ولا غم ولا نصب ولا وصب ولا حزن ولا أذى إلا كفر الله به من خطاياه حتى الشوكة يشاكها، وقوله ﷺ من يرد الله به خيرا يصب منه، وقد يكون ذلك عقوبة معجلة بسبب المعاصي وعدم المبادرة للتوبة كما في الحديث عنه ﷺ أنه قال: إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا وإذا أراد الله بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة خرجه الترمذي وحسنه[1].
Maka kesimpulannya bahwa musibah terkadang untuk mengangkat derajat dan memberikan pahala yang besar sebagaima musibah yang Allah berikan kepada para Nabi dan Rasul serta sebagian orang-orang shaleh pilihan-Nya, dan terkadang untuk menghapuskan dosa dan kesalahan sebagaimana tersebut dalam firman-Nya: "Barangsiapa yang melakukan kejahatan maka dia akan diberikan balasannya." [QS. An Nisaa ayat 123]. Dan sabda Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallama- : "Tidaklah seorang muslim ditimpa kesedihan, kegundahan, kelelahan, sakit, kedukaan, dan gangguan hingga duri yang menusuknya kecuali Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya dengan sebab itu." Juga sabda beliau: 'Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan baginya niscaya Allah akan memberikan musibah kepadanya." Dan terkadang musibah tersebut sebagai hukuman yang disegerakan disebabkan dosa-dosa dan penundaan taubat sebagaimana dalam hadits bahwasanya beliau -shallallahu 'alaihi wa sallama- telah bersabda: "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya maka Dia segerakan hukuman baginya di dunia. Sedangkan apabila Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya maka Dia menahan hukuman untuk dosanya hingga Dia membalasnya pada hari kiamat. [ HR. At Tirmidzi dan beliau menghasankannya]
~~~~~~
✒ Diterjemah oleh Ibnu Mukhtar dari Majmuu Fataawa wa maqaalaat ibni Baz 4/371